top of page
  • Black Facebook Icon
  • Black YouTube Icon
  • Black Instagram Icon

Karnaval Pendidikan Sausapor

  • F. Adi Purnama
  • Feb 4, 2018
  • 2 min read

Ragam Hias


Akhir bulan april 2016 lalu, Sausapor (ibukota Kabupaten Tambrauw terlihat sangat ramai dari biasanya. Di sepanjang jalanan utama sampai daerah kantor pemerintah daerah, dipadati oleh masyarakat Sausapor. Rupanya dalam menyambut dan memperingati hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 mei, rekan-rekan guru SM3T setempat menggagas suatu pawai karnaval kebudayaan di sausapor, yang ternyata baru pertama kali diadakan disana.




Sekitar pukul 3 sore wit, para peserta yang terdiri dari siswa-siswi SD, SMP, SMA, dan segenap masyarakat sudah berkumpul dan memadati lapangan pemda setempat.Warna-warni elok terpancar dari beragamnya busana dan pakaian adat yang dikenakan. Berbagai jenis pakaian adat beserta manic-manik khas tanah papua yang sebelumnya sulit dijumpai, menjadi sangat ramai dijumpai saat itu. Seperti halnya pakaian adat suku abun, lengkap mulai dari mahkota burung cendrawasih, bulu cendrawasih, kain merah, kain timor, manic-manik asli dari tumbuhan yang ada di alam, taring babi sampai pakaian kulit kayu dapat kita jumpai. Umumnya pakaian adat yang dipakai, asli turun temurun kepunyaan keluarga dan biasanya dikenakan saat ada kepentingan adat tertentu saja. Namun jangan salah, ternyata busana khas suku jawa, sunda, batak dan busana lain seperti petani, nelayan, guru, TNI, polisi, PNS juga turut hadir memeriahkan karnaval budaya Sausapor ini. Para pendatang dari luar tanah Papua yang dahulu datang dan akhirnya menetap, menjadikan Sausapor kini dihuni oleh beragam suku bangsa.


Para peserta berjalan berkelompok dengan mengitari jalan-jalan utama di Sausapor sambil menari dan bernyanyi riang. Setiap dari mereka bernyanyi sambil meneriakan yel-yel dengan lantang, sebagaian lain juga ada yang menenteng alat musik atau bawa-bawaan yang sekiranya dinilai dapat mengeluarkan suara kegaduhan dan dapat menambah kemeriahan penampilan mereka. Kala itu jalan-jalan utama menjadi riuh, warga pun ikut larut dalam kemeriahan dengan ikut member siulan dan tepuk tangan sembari ikut bernyanyi dan menari bersama para peserta karnaval. Sebelum akhirnya seluruh peserta kembali ke lapangan pemda setempat, untuk menari dan bernyanyi bersama. Karnaval kebudayaan kala itu, menjadi semacam alat perekat persaudaraan dan pemersatu seluruh warga yang hidup di wilayah Sausapor.


 
 
 

Comments


Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2018 by ferry adita purnama

  • White YouTube Icon
  • White Instagram Icon
bottom of page